Rumah Pohon Cempaka Banjarbaru, Tempat Outbound yang Unik – Rumah Pohon menjadi satu titik tamasya unik di Banjarbaru bertema rumah yang berada di pohon. Letaknya berada di wilayah Cempaka Banjarbaru. Zona ini kecuali rumah pohon juga ada daerah unggas dan zona outbound. Zona ini merupakan milik eks wali kota Banjarbaru, mendiang H Nadjmi Adhani sendiri yang sekarang dikelola oleh pihak keluarga dinaspariwisatabalangan.com.
Mendiang Nadjmi Adhani pernah bercerita Rumah Pohon Cempaka itu ada saat permulaan dirinya meniru pilkada.
“Sesudah stop jadi pegawai, banyak waktu kosong nantinya, jadi kita dapat jadikan daerah ini untuk santai-santai bersama keluarga” ungkapnya ketika itu.
Rumah Pohon Cempaka Banjarbaru Yang Unik
Rumah Pohon dapat menghilangkan rasa jenuh dan budaya yang dahulu sehari-harinya rutinitas masuk ke kantor.
“Dikala punya Rumah Pohon ini kita menawarkan dan minta terhadap para Lurah untuk menemukan spot-spot yang baik untuk dikunjungi dan punya poin jual karenanya kita promosikan” katanya.
Pihaknya tak cuma memerintah orang tetapi sebagai pelaku dan mencontohkan membangun wilayah destinasi tamasya di Banjarbaru.
“Memang tak senantiasa untung, dari sinilah kita mengerti bagimana mengelola tamasya ini agar seharusnya jadi dan berkembang, dimana kita punya bentang panjang investasi” sebut mendiang Nadjmi yang berdedikasi membangun Kota Banjarbaru.
Pariwisata dapat mendatangkan profit, untuk masyarakat ataupun pemerintah setempat. Berjenis-jenis daerah dapat tiba-tiba disulap menjadi sebuah wilayah tamasya, seperti halnya Rumah Pohon. Melainkan untuk dapat eksis perlu kerja keras supaya konsisten mempesona perhatian masyarakat.
Dua tahun lalu, wilayah tamasya Rumah Pohon yang berada di Sungai Tiung, Cempaka, Banjarbaru menjadi buah bibir masyarakat. Wilayah yang asri, adem, dan nyaman menjadi magnet kuat bagi banyak orang. Tak cuma keteduhan yang menaungi zona tamasya ini, bermacam-macam permainan dapat dimanfaatkan pelancong yang datang ke sana.
Suasana Rumah Pohon
Duduk di ayunan sambil merasakan semilir angin sambil mengamati buah hati memperhatikan sebagian binatang peliharaan di dalam sangkar. Yaitu alternatif menyenangkan untuk mereka yang datang bersama keluarga.
Buat mereka yang berharap menguji adrenalin dapat mencoba menaiki papan titian dan menyeberang dari satu pohon ke pohon lain. Melayang bagai burung malah dapat dilaksanakan dengan bermain flying fox.
Walaupun telah ada semenjak dua tahun lalu, aku termasuk sungguh-sungguh-sungguh-sungguh ketinggalan, Maksudnya, aku baru dapat bertamasya ke Rumah Pohon bulan lalu. Itu malah sesudah membujuk miswa lebih dahulu. Penyebabnya, jalan menuju ke sana sungguh-sungguh berkelok, naik turun seperti di puncak.
Di suatu petang yang cemerlang, kesudahannya aku dan miswa setuju untuk pergi ke Rumah Pohon. Sebelumnya, mampir dahulu ke SPBU untuk mengisi bensin. Ini penting karena tak ada SPBU di sekitar wilayah Cempaka, daerah tamasya itu berada.
Sebab belum pernah ke sana, untuk pedoman arah aku mengandalkan google map. Petanya benar-benar dilihat, termasuk bangunan yang berada di dekat wilayah tamasya. Bukan apa-apa, aku wilayah hal yang demikian tak relatif murah sinyal telepon.
Lingkungan Sekitar Rumah Pohon
Sesudah semuanya siap, perjalanan malah diawali. Arus lalu lintas dari Banjarbaru sampai Cempaka sungguh-sungguh lancar. Jalan malah mulus tanpa lubang. Sebagian kali berpapasan dengan truk pembawa pasir dari tempat Cempaka. Yup, tempat Cempaka diketahui sebagai wilayah pertambangan intan dan pasir.
Trek malah tak selamanya datar. Kadang menanjak atau menurun. Mendekati wilayah pertambangan intan, kecepatan motor dikurangi. Aku mencoba mencari petunjuk-petunjuk atau pedoman arah menuju Rumah Pohon. Sayangnya nihil.
Meniru arahan dari Goolge map, sebelum sebuah minimarket, motor berbelok ke kiri. Sebagian laki-laki duduk di tepi jalan. Sebagian sekop tergolek tidak jauh dari mereka. Ternyata mereka para penggali pasir yang sedang mencari profesi. Mereka menunggu truk yang berharap menerapkan daya mereka menaikkan pasir ke truk.
Sekarang jalan yang kami lalui tak selebar jalan utama. Jalan malah mulai meliuk-liuk, sejenak berbelok ke kanan atau ke kiri. Itu terus hingga sebuah pertigaan.
Sebuah petunjuk yang telah copot menolong kami menetapkan arah. Google map tak lagi dapat diakses sebab tak ada sinyal. Sekarang sepenuhnya mengandalkan kejelian mata untuk mencari pedoman jalan.
Kontur jalan mulai berubah, tak lagi datar. Jalan menanjak dan menikung meniru permukaan tanah. Aku jadi merasa lagi jalan-jalan di puncak saja, tetapi tanpa kebuh teh dan hawa dinginnya.
Mujur ruas jalan tak bercabang, jadi kami dapat menelusurinya dengan santai. Tau-tau, sebuah plang besar menonjol di depan mata. Tamasya Rumah Pohon, demikian suara plang hal yang demikian.